Buku Anak Islam Suka Membaca Disoal, Penulis: Sudah Cetakan ke-167

Buku Anak Islam Suka Membaca Disoal, Penulis: Sudah Cetakan ke-167

Buku Anak Islam Suka Membaca Disoal, Penulis: Sudah Cetakan ke-167


Jakarta - Buku 'Anak Islam Suka Membaca' tiba-tiba dipersoalkan. Buku panduan membaca untuk anak usia 3-5 tahun tersebut dinilai menampilkan pilihan materi yang mengandung muatan radikalisme. Penyusun bukunya menyatakan siap melakukan revisi, meskipun mengaku heran karena selama ini tak ada respons sedemikian keras. Padahal buku tersebut telah mencapai cetakan ke-167.

Buku tersebut ditulis oleh Nurani Mustain. Namun Nurani tak mau bicara kepada media. Dia menyerahkan penjelasan soal buku itu ke suaminya, Ayip Safruddin, yang merupakan penyunting buku.

Ayip mengatakan buku 'Anak Islam Suka Membaca' dicetak pertama kali pada 1999. Hingga saat ini buku yang banyak digunakan untuk materi ajar anak playgroup dan taman kanak-kanak tersebut sudah dicetak ulang hingga ke-167 kali.

"Selama ini tidak pernah ada masalah. Namun demikian kami sangat berterima kasih atas masukan terhadap buku tersebut. Selanjutnya semua masukan dan saran akan kami jadikan bahan untuk melakukan revisi pada cetakan berikutnya," kata Ayip kepada wartawan di Solo, Kamis (21/1/2016).

Ayip mengatakan bahwa buku tersebut ditulis oleh istrinya, seorang sarjana psikologi, dengan mempertimbangkan secara cermat semua isi materi, termasuk pilihan kata, sesuai dengan usia penggunanya yaitu anak-anak pemula di bawah 5 tahun.

Ada beberapa kata dalam buku tersebut yang kemudian dipersoalkan oleh pihak-pihak tertentu karena diduga mengandung unsur kekerasan. Ayip menyontohkan kalimat 'Cari Lokasi di Kota Bekasi'. Padahal menurutnya kalimat itu tidak mengandung beban makna apapun jika tidak dipaksakan dengan penafsiran tertentu.

Demikian juga dengan rangkaian kata 'selesai-raih-bantai-kiai'. Rangkaian kata tersebut bukan merupakan kalimat namun merupakan contoh kata yang masing-masing berdiri sendiri. Kata-kata itu dipakai oleh penulis untuk memberikan pengertian tentang diftong monoftong untuk rangkaian vokal a-i.

"Pilihan kata serta kalimat dalam buku itu tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak didik pada paham radikalisme, kecuali memang sengaja dikait-kaitkan dengan penafsiran-penafsiran yang dipaksakan. Namun prinsipnya kami siap melakukan revisi. Misalnya kata 'bantai' nanti bisa diganti 'santai'," papar Ayip.

"Kepada para guru yang menggunakan buku tersebut kami anjurkan memberikan penjelasan dengan baik mengenai kata dan kalimat yang digunakan dalam buku tersebut. Kami juga sepakat bahwa terorisme merupakan perkara munkar yang tidak dibenarkan oleh agama," lanjutnya.

Buku TK itu dilaporkan masyarakat ke GP Ansor. Wakil ketua umum GP Ansor, Benny Rhamdani, mengatakan penemuan buku tersebut berdasarkan laporan orang tua salah satu murid TK pada 19 Januari lalu. Dia menjelaskan, buku berbau unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis.

Di dalam buku tersebut terdapat 32 kalimat yang mengarahkan pada tindakan radikalisme, di antaranya 'sabotase', 'gelora hati ke Saudi', 'bom', 'Sahid di medan jihad', hingga 'cari lokasi di Kota Bekasi'. Kemudian ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti 'rela mati bela agama', 'gegana ada di mana', 'bila agama kita dihina kita tiada rela', 'basoka dibawa lari', "selesai raih bantai kyai', dan 'kenapa fobia pada agama'. 

0 Response to "Buku Anak Islam Suka Membaca Disoal, Penulis: Sudah Cetakan ke-167"

Posting Komentar